Surga Dunia itu butuh Komitmen (2) Aku mengambil alih kemudi mobil dan memasuki arus lalu lintas sore yang padat merayap.

Menulis Buku Terasa Lebih Ringan
Surga Dunia itu butuh Komitmen (2) Aku mengambil alih kemudi mobil dan memasuki arus lalu lintas sore yang padat merayap.
Surga itu butuh Komitmen (1) Aku melihat kalender. Menghitung hari yang telah disepakati. Keluarga dari Yogja sudah menemui keluarga Anita
Kupinang Engkau dengan Bismillah (6)Lutfi tak bisa berhenti tersenyum. Akhirnya, hari yang telah lama tertunda datang juga. Ia akan bertemu
Kupinang Engkau dengan Bismillah (5) “Banyak mengkonsumsi tomat. Madu juga bagus Yok.” Tanggap Lutfi, memperhatikan bundaran-bundaran yang dibuat Haryo dari
Kupinang Engkau dengan Bismillah (4) “Anita ora iso Rebo iki, Nang, jadwale padet.” “Ohhh, nggih, mboten nopo-nopo, Bu. Lutfi kinten
Kupinang Engkau dengan Bismillah (3) Sore, saat bergerak menuju parkiran untuk pulang, Lutfi berpapasan dengan Haryo. “Lama banget meetingnya, alot
Kupinang engkau dengan Bismillah (2) Sibuk dengan pikirannya, Lutfi memasuki gedung kantor tempat ia bekerja lebih dari lima tahun. Sempat
Kupinang Engkau dengan Bismillah (1) Pagi itu, matahari tersenyum malu-malu. Lutfi membuka tirai jendela apartemennya. Pemandangan dari lantai delapan itu
Kupilih Engkau Untuk Bahagia (8 Anita memesan gado-gado sedangkan Lutfi memesan soto ayam untuk sarapan pagi. Anita bersyukur dengan penawaran
Kupilih Kamu Untuk Bahagia (7) Tok –tok – tok. Suara itu membuat Anita menoleh ke arah pintu kamar yang perlahan