Pilih Sepi dan Puisi aku ingin menyepitak mau lagi pasardan gaduh pertengkaran.aku cuma mausunyi yang keladidan menaruh setianyadi kursi ini.aku

Menulis Buku Terasa Lebih Ringan
Pilih Sepi dan Puisi aku ingin menyepitak mau lagi pasardan gaduh pertengkaran.aku cuma mausunyi yang keladidan menaruh setianyadi kursi ini.aku
Berguru pada Cermin aku becermindi situ ada aku yangjadi siswa fakirilmu dan harta.aku masih melihatada luka nggantungdan wajah yangselalu berkabung.aku
Lekas Bangkit Lalu Berakit itu jantungmu memang suwungdan sepasang mata tak lupa menangiskarena kehilangan pemandanganpun kaki tak bisa lari dan
Masih Berjuang Untuk Kita mereka masih sajaberkeringat musim dilorong panjang itusesekali mengeluh selebatpeluh di dekat pasiensembari menataplangit-langit dan tak lupatengadah
Jelang Kematian jelang petang tibaapa kita sudah berkemaslalu menempuh pergidengan bekalyang sedemikian kekal? kalaupun kita lekasdijaring petangdan ditandur kubursegalanya bakal
Lelaki Bermuka Lampu dan Lelaki Bermata Mati lelaki bermuka lampumenepi ke jalan berdebu itumelihat umat bermata matidan amat pembenci.ia memberi
Begini Sepinya Dada begini sepinya dadakudi punggung kursitanpa puisi dan sentuhanbidadari yang masih embuhdipenggal jalan tempuhpun tak gegas datangdari belakang
Dan Sekarang, Terserah Kalian sekarang terserahmukami sudah bersusah menjagaberjuta paru-parudan kini tangan iniberjerih sia kalian tetap seterbangkepak burung darasemau mana
Sejumlah Bait PuisiSewaktu Bumi SedangSakit-Sakitan (Ibu dan Kampung Halaman) Ada cinta berjauhan melepas sepasang genggam dan menghardik pertemuan siang malam
Membungkus Rindu di Masa Corona(May Silla) Aku tak pandai merangkai kata manisDalam bungkusan lisan tak berucapKetika kucoba mengabaikan waktuUntuk sekedar