Lelaki Bermuka Lampu dan Lelaki Bermata Mati
lelaki bermuka lampu
menepi ke jalan berdebu itu
melihat umat bermata mati
dan amat pembenci.
ia memberi suapan mahaibu
meski lelaki itu senantiasa
membencinya
pada batang hari,
lelaki paling mulia kembali tandang
dan mendatangi lelaki
berhati batu itu sebab jantung
nabi tak pernah patah
cuma dengan mulut belati.
barangkali kata-kata
yang amat menyayat sudah
jadi lauk paling kerap
ia telan sehari-hari
di hari yang lain
lelaki bermata mati tak lagi
mendapati suapan mahaibu
sebab nabi telah pergi
ke peluk-cium Tuhan.
tugasnya telah rampung
tapi jejaknya tetap dijaga dan
selalu terjaga
lelaki bermata mati
jelma orang yang
paling kehilangan sebab ia
tak lagi menemui
tangan yang begitu
menyentuh dadanya itu
tetiba seseorang datang
dari kejauhan pandang, lantas
mencoba menyuapi
lelaki yang menanti nabi,
tapi ia dapati ada yang ganjil
dan tak mempercayai
bahwa itu tangan yang
senantiasa memberi sentuhan
paling ibu
berikutnya sahabat nabi itu
bercakap bahwa ia
memang betul bukan seseorang
yang datang membawa
serantang sayang dan kasih
yang bersilih.
ia yang biasa datang ialah
sang Rasul Muhammad SAW
dan ia adalah orang yang selalu
dicela bertubi-tubi
tetiba lelaki bermata mati
menangiskan hujan
tanpa mendung yang demikian
murung atau musim
yang seringkali memberi
sinyal kepada wajah semesta.
ia tak henti menangisi
diri sendiri sebab hatinya mati
ia pun jadi lelaki berjantung memar
yang menyimpan sesal,
dan pada akhir ia memutuskan
memeluk Islam
2020
rumahmediagrup/awiyazayan
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.