Ketika yang lain sibuk dengan gadgetnya
Bercanda ria
Tetap bersua walau hanya di dunia Maya
Ia, gadis kecil itu
Mengawal sang ibu di kebun kopi
Menyiangi rumput dan perdu
Lihatlah, betapa ia juga rindu
akan sekolah dan ilmu
Duduk bertengger di atas angkongnya
Dengan buku paket dan buku tulis dipangkuannya
Belajar sembari menemani ibunda
Haru, malu dan sungkan berbaur jadi satu
Semu rona wajahnya mewakili ungkapan hatinya
Akan keterbatasan hidupnya
Ketika tak disangka, sang guru menyapa dengan sayu
Akan tagihan pembelajaran Minggu lalu
Ia palingan wajahnya, menangkap sosok sang ibu
Yang muncul dari balik rimbunnya kebun yang dipenuhi perdu
Senyum ibu, menghilangkan ragu dan malu
Ia serahkan lembar demi lembar karyanya.
Kalian tahu?
Tangis sang guru pecah di tepi kebun itu
Dirangkulnya gadis kecil itu,
Demi membaca ungkapan hatinya.
“Guru….aku ingin belajar seperti dulu.
Aku rindu bersama kawan-kawanku.
Banyak yang tidak kutau tentang pelajaran di buku itu.
Maka, hanya surat yang bisa aku tulis buat guruku. Karena kami tak punya TV, hape dan leptop seperti kawan-kawanku
Aku rindu sekolah, guru….”
KutaRih18042020
Nubar_NulisBareng/MaySilla
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.